tanaman tomat

Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)
Asal usul
Tomat adalah salah satu komoditas holtikultura sayuran yang pusat penyebarannya diperkirakan berada di sekitar pegunungan Andes di Amerika Selatan karena penyebaran genus Lycopersicon banyak dijumpai di wilayah ini, meskipun temuan arkeologi terbaru menunjukkan bahwa pusat pembudidayaan tomat berada di Meksiko dan Amerika Tengah. Sejak ditemukannya Benua Amerika oleh Columbus pada tahun 1492, tomat menyebar ke penjuru dunia, sehingga hampir setiap orang mengenal dan pernah mengonsumsi tomat meskipun dalam bentuk yang berbeda.
Masuknya tomat ke Indonesia diperkirakan terjadi tahun 1811, dan sejak saat itu tomat makin dikenal di berbagai kalangan masyarakat Indonesia dan diusahakan di berbagai daerah, terutama daerah yang memiliki dataran tinggi. Saat ini kawasan yang menjadi pusat pengembangan tomat di Indonesia adalah Jawa Barat, khususnya kota Banjar.

Botani
Tonat merupakan tanaman perdu semusim dengan sistem perakaran yang dangkal. Batang tanaman berbulu. Bunga tomat berentuk terompet, berwarna kuning, dan berkelompok pada suatu tandanbatang utama yang ketinggiannya dapat mencapai 2 m. Kebanyakan tomat memiliki sifat pertumbuhan yang indeterminate (pucuknya tetap tumbuh vegetatif). Ada juga kultivar dengan sifat pertumbuhan semi determinate dan determinate (ujung pucuk berakhir pada suatu tandan bunga). Kedua tipe terakhir memiliki pertumbuhan perdu yang kompak.

Di dalam sistem klasifikasi botani, tomat memiliki kedudukan sebagai berikut:
Divisi        : Spermatofita
Subdivisi   : angiospermae
Kelas        : Dikotiledon
Ordo        : Solanales
Famili        : Solanaceae
Gneus       : Lycopersicon
Spesies     : Lycopesicon esculentum Mill.

Bunga tomat merupakan bunga majemuk, berada dalam suatu rangakaian yang terdiri atas 4-14 kuntum yang secara keseluruhan membentuk suatu tandan. Mahkota bunga berbentuk bintang dan berwarna kuning. Buah tomat berbentuk bulat, bulat pipih atau berbentuk seperti buah pir, berongga, berdaging dan banyak mengandung air, serta berdiameter 1-12 cm. Pada umumnya buah tomat berwarna merah. Pada saat dewasa atau matang. Meskipun demikian, warna buah tomat budidaya bervariasi mulai dari kuning, jingga sampai merah, tergantung pada sifat genetiknya.
Berdasar kebutuhan akan suhu optimum, untuk pertumbuhan dan produknya tomat dikelompokkan menjadi tomat dataran tinggi dan tomat dataran rendah. Misalnya, varietas tomat dataran tinggi adalah Moneymaker, Masscros, Extase, Bonset dan Monresist yang semuanya berbuah sedang; sedangkan Geraldton, Smooth Skin, dan Indian River adalah tomat varietas dataran tinggi yang berbuah besar. Sementara itu, varietas tomat dataran rendah yang banyak dikenal di Indonesia adalah Ratna, Intan, Berlian, Mutiara dan TW-375 yang semuanya termasuk kelompok tomat apel dan tahan terhadap penyakit layu.

Syarat tumbuh
Faktor-faktor lingkungan berupa tanah dan iklim yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tomat perlu mendapat perhatian guna hasil dengan kualitas dan kuantitas yang dikehendaki.

Tanah
Tanaman tomat dapat diusahakan pada berbagai jenis tanah, mulai dari lempung berpasir sampai lempung berliat, serta pada tanah-tanah yang kaya akan bahan organik. Kemasaman tanah hendaknya 5,5-7,0. Pada tanah dengan pH di luar kisaran ini dapat terjadi defisiensi ataupun keracunan unsur hara. Apapun tipe tanah untuk areal budidaya tomat, areal pertanaman harus memiliki drainase yang baik karena tomat tidak tahan terhadap kelebihan air tanah terlalu lama. Apabila terpaksa menanam tomat pada areal dengan drainase yang buruk, upayakan penanaman pada bedengan tinggi.

Iklim
Suhu minimum untuk perkecambahan benih adalah 10 C, suhu optimum 20 C, dan suhu maksimum adalah 30 C. Sementara itu pertumbuhan selanjutnya tomat menghendaki suhu rata-rata di atas 16 C. Suhu di bawah 12 C, terutama untuk jangka waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya chiling injury. Kisaran optimum yang dikehendaki adalah 21-24 C. Suhu rata-rata di atas 27 C tidak dikehendaki bagi pertumbuhan tomat.
Intensitas cahaya yang kurang dari 1.000 fc dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Apabila intensitas cahaya berada jauh di bawah 1.000 fc, diperlukan cahaya buatan untuk meningkatkan intensitas dan memperpanjang fotoperiodesitas.
Pembentukan buah sangat berkurang jika suhu pada siang hari melampui 38 C selama 5-10 hari sebelum antesis atau 1-3 hari setelah antesis. Hal ini dikarenakan terjadinya kerusakan pada serbuk sari dan sel telur. Suhu malam hari yang terlalu tinggi (di atas 27 C) beberapa hari sebelum dan sesudah antesis juga dapat menyebabkan berkurangnya pembentukan buah. Hembusan udara kering yang panas, dapat pula menyebabkan berkurangnya pembentukan buah. Selain itu, pada suhu 10 C atau kurang, sebagian besar bunga akan gugur.
Dalam kondisi cuaca dingin, hormon pertumbuhan seperti IAA dan parachlorophenoxy acid dapat diberikan pada takaran 25-50 ppm. Pemberian senyawa ini menyebabkan buah menjadi partenokarpi, dan membengkak. Namun pembengkakan ini dapat dikurangi dengan pemeberian IAA bersamaan dengan giberelin.

Suhu optimum untuk pematangan buah adalah 18-24 C. Suhu di bawah 13 C menyebabkan pematangan buah menjadi lambat, sedangkan suhu di bawah 10 C menyebabkan chiling injury, dan buah tidak akan menjadi matang sama sekali.  

tanaman jagung

Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Pada masa kini, jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri.
Sejak awal abad ke-20, tanaman ini menjadi objek penelitian genetika yang intensif. Secara fisiologi, tanaman ini tergolong tanaman C4 sehingga sangat efisien memanfaatkan sinar matahari. Dalam kajian agronomi, tanggapan jagung yang dramatis dan khas terhadap kekurangan atau keracunan unsur-unsur hara penting menjadikan jagung sebagai tanaman percobaan fisiologi pemupukan yang disukai

Sejarah asal-usul dan persebaran
Petunjuk-petunjuk arkeologi mengarah pada budidaya jagung primitif di bagian selatan Meksiko, Amerika Tengah, sejak 7000 tahun lalu. Sisa-sisa tongkol jagung kuna yang ditemukan di Gua Guila Naquitz, Lembah Oaxaca berusia sekitar 6250 tahun; tongkol utuh tertua ditemukan di gua-gua dekat Tehuacan, Puebla, Meksiko, berusia sekitar 3450 SM. Bangsa Olmek dan Maya diktengarai sudah membudidayakan di seantero Amerika Tengah sejak 10 000 tahun yang lalu dan mengenal berbagai teknik pengolahan hasil. Teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7 000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4 000 tahun yang lalu. Pada saat inilah berkembang jagung yang beradaptasi dengan suhu rendah di kawasan Pegunungan Andes. Sejak 2500 SM, tanaman ini telah dikenal di berbagai penjuru Benua Amerika.
Jagung masuk Nusantara diperkirakan pada abad ke-16 oleh penjelajah Portugis. Di Indonesia (Nusantara), berbagai macam nama dipakai untuk menyebut jagung. Kata "jagung" menurut Denys Lombard merupakan penyingkatan dari jawa agung, berarti "jewawut besar", , nama yang digunakan orang Jawa. Beberapa nama daerah adalah jagong (Sunda, Aceh, Batak, Ambon), jago (Bima), jhaghung(Madura), rigi (Nias), eyako (Enggano), wataru (Sumba), latung (Flores), fata (Solor), pena (Timor), gandung (Toraja), kastela (Halmahera), telo (Tidore), binthe atau binde(Gorontalo dan Buol), dan barelle´ (Bugis). Di kawasan timur Indonesia juga dipakai luas istilah milu, , yang jelas berasal dari milho, berarti "jagung" dalam bahasa Portugis, .
Jagung budidaya dianggap sebagai keturunan langsung sejenis tanaman rerumputan mirip jagung yang bernama teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun lalu oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam.
Botani
Tanaman semusim (annual) yang dalam budidaya menyelesaikan satu daur hidupnya dalam 80-150 hari. Istilah "seumur jagung" menggambarkan usia rata-rata jagung yang berkisar tiga sampai empat bulan. Sekitar paruh pertama dari daur hidup merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap reproduktif. Sebagian jagung merupakan tanaman hari pendek yang pembungaannya terjadi jika mendapat penyinaran di bawah panjang penyinaran matahari tertentu, biasanya 12,5 jam. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Rata-rata dalam budidaya mencapai 2,0 sampai 2,5 m, meskipun ada kultivar yang dapat mencapai tinggi 12 m pada lingkungan tumbuh tertentu. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum rangkaian bunga jantan (malai). Meskipun ada yang dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Tangkai batang beruas-ruas dengan tiap ruas kira-kira 20 cm. Dari buku melekatlah pelepah daun yang memeluk tangkai batang. Daun tidak memiliki tangkai. Helai daun biasanya lebar 9 cm dan panjang dapat mencapai 120 cm.
Sebagai anggota monokotil, jagung berakar serabut yang dapat mencapai kedalaman 80 cm meskipun sebagian besar berada pada kisaran 20 cm. Tanaman yang sudah cukup dewasa memunculkan akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana pada sorgum dan tebu. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batangnya beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung zat kayu (lignin).
Daun jagung merupakan daun sempurna, memiliki pelepah, tangkai, dan helai daun. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan tangkai daun terdapat lidah-lidah (ligula). Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki Poaceae (suku rumput-rumputan). Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermisberbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Jika tanaman mengalami kekeringan, sel-sel kipas akan mengerut, menutup lubang stomata, dan membuat daun melipat ke bawah sehingga mengurangi transpirasi.
Susunan bunga jagung adalah diklin: memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah dalam satu tanaman (berumah satu ataumonoecious). Bunga tersusun majemuk, bunga jantan tersusun dalam bentuk malai, sedangkan betina dalam bentuk tongkol. Pada jagung, kuntum bunga (floret) tersusun berpasangan yang dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Rangkaian bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman. Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma wangi yang khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tangkai tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.
Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif yang memiliki puluhan sampai ratusan bunga betina. Beberapa kultivar unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai jagung prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).

Keanekaragaman genetik
Satu set genom (x) jagung terdiri dari 10 kromosom, sehingga setiap sel somatik jagung memiliki 2n = 2x = 20 kromosom. Keragaman dalam spesies jagung amat luas, beberapa studi menyatakan keragaman itu sebanding dengan perbedaan manusia dan simpanse secara molekuler. Jagung yang dibudidayakan memiliki sifat bijian yang bermacam-macam. Berdasarkan ciri bijiannya, dikenal enam kelompok kultivar jagung :
1.     Tunicata (Podcorn, jagung bersisik, merupakan kelompok kultivar yang dianggap paling primitif)
2.     Indentata (Dent, jagung gigi-kuda)
3.     Indurata (Flint, jagung mutiara)
4.     Saccharata (Sweet, jagung manis)
5.     Everta (Popcorn, jagung berondong)
6.     Amylacea (Floury corn, jagung tepung
7.     Glutinosa (Sticky/glutinuous corn, jagung ketan)
Dengan perkembangan pemuliaan jagung, keragaman genetik jagung menjadi sangat luas. Berdasarkan variasi urutan DNA, keragaman genetik dalam spesies jagung sebanding dengan keragaman genetik yang ditemukan pada manusia sampai simpanse. Berbagai tipe kultivar jagung ditanam pada masa sekarang, banyak di antaranya yang memiliki karakteristik khusus, seperti dikenal jagung dengan kadar minyak bulir yang tinggi (kandungan minyak 7,0 to 8,0%, disebut HOC, High Oil Corn), jagung dengan protein tinggi (QPM, Quality Protein Maize). Jagung dengan kadar karotenoid tinggi juga telah dikembangkan. Jagung juga menjadi tanaman yang digunakan dalam biopharming, menghasilkan bahan obat atau senyawa berguna tertentu.
Dipandang dari bagaimana suatu kultivar ("varietas") jagung dibuat, dikenal tipe kultivar:
1.     galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih
2.     komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang diseleksi untuk keseragaman dan sifat-sifat unggul
3.     sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum (daya gabung umum) dan seragam
4.     hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau empat galur yang diketahui menghasilkan efek heterosis.
Warna bulir jagung ditentukan oleh warna endosperma dan lapisan terluarnya (aleuron), mulai dari putih, kuning, jingga, merah cerah, merah darah, ungu, hingga ungu kehitaman. Satu tongkol jagung dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda, karena setiap bulir terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang berbeda-beda.

Budidaya
Syarat tumbuh
Meskipun dikenal sejumlah ras jagung yang mampu beradaptasi dengan suhu rendah dan kawasan tinggi, jagung adalah tanaman dataran rendah dengan suhu hangat dan penyuka cahaya matahari penuh. Perkecambahan jagung terhenti pada suhu di bawah 10 °C.
Kebutuhan air jagung adalah rata-rata, namun kekurangan air pada masa awal tumbuh, masa pembungaan, dan pengisian biji akan berakibat pada penurunan hasil yang dramatis.
Jagung dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, asalkan ketersediaan air dan hara tercukupi dan akar mampu tumbuh dengan baik. Perakaran jagung tidak dalam, sehingga lapis olah tidak boleh terlalu keras. Kebutuhan hara jagung tinggi, terutama terhadap nitrogen dan fosfor. Jagung menyukai tanah dengan kemasaman netral (pH 5 - 6,5). Penanaman jagung di tanah masam, seperti gambut dan podsolik merah kuning (PMK), memerlukan pengapuranpengatusan (drainasi) yang baik, serta kultivar yang toleran.
Pengolahan lahan untuk persiapan penanaman jagung biasanya mencakup pembajakan, perataan, pembuatan parit atusan, serta pengapuran (pada tanah masam). Sebelum ditanam, lahan perlu diirigasi terlebih dahulu.
Cara bercocok tanam
Jagung memerlukan cahaya matahari langsung untuk tumbuh dengan normal. Tempat dengan curah hujan 85-200 mm per bulan, suhu udara 23-27°C (ideal), dan pH tanah 5,6-7,5 adalah tempat terbaik. Jenis tanah tidak terlalu penting, asalkan aerasi baik dan ketersediaan air mencukupi. Air yang cukup pada fase pertumbuhan awal, dan fasepembungaan serta pengisian biji adalah kritis bagi produksi jagung pipilan.
Lahan penanaman jagung tidak boleh memiliki genangan. Pengolahan tanah awal perlu mempertimbangkan pembuatan parit pengatusan air atau pembuatan bedengan. Pada tanah masam pengapuran diperlukan.
Penanaman jagung secara tradisional dilakukan dengan tangan menggunakan tugal untuk melubangi tanah. Dalam pertanian dengan mekanisasi, penanaman bijian jagung dilakukan menggunakan mesin penanam. Kepadatan populasi tanam yang biasa dipakai adalah 60 000 sampai 120 000 tanaman per ha, yang biasa diterjemahkan dalam jarak antarbaris (50-100 cm) dan jarak dalam baris (10-40 cm). Pemilihan jarak tergantung ukuran tanaman jagung. Jagung yang dipanen genjah dapat toleran terhadap kepadatan tanam tinggi, sementara jagung berukuran besar seperti jagung hibrida memerlukan populasi yang sedang sampai rendah.
Kebutuhan hara jagung dikenal relatif tinggi. Selain memerlukan pupuk organik sebagai pupuk dasar/awal, jagung memerlukan masukan nitrogen (N, dari urea ataupun ZA), fosfat, dan kalium untuk pertumbuhan dan hasil yang optimal. Kebutuhan nitrogen jagung tinggi, pemberian pupuk N biasanya diberikan dua sampai tiga kali. Unsur kalium penting bagi pembungaan.
Pada pertengahan masa pertumbuhan vegetatif jagung mengeluarkan akar udara (aerial roots) sehingga memerlukan pembumbunan untuk memaksimalkan penyerapan hara. Pengendalian tumbuhan pengganggu (gulma) dilakukan menggunakan herbisida atau dilakukan dengan pendangiran.
Pemberian air biasanya diberikan dengan cara penggenangan parit apabila hujan tidak tersedia. Air dialirkan melalui saluran irigasi atau menggunakan pompa air.
Organisme pengganggu
Organisme pengganggu dalam budidaya jagung di daerah tropika dan non-tropika berbeda.
Di kawasan Asia tropika, penyakit utama jagung adalah
·         penyakit bulai (maize downy mildew) karena infeksi Peronosclerospora,
·         karat daun jagung karena cendawan Puccinia (terutama P. polysora),
·         bercak daun jagung (Southern leaf blight) karena cendawan Bipolaris maydis (teleomorfCochliobolus heterostrophus),
·         hawar daun jagung (Northern leaf blight) karena cendawan Setosphaeria turcica (anamorfExserohilum turcicum),
·         busuk pelepah (sheath blight) karena cendawan Rhizoctonia solani,
·         busuk batang jagung karena bermacam-macam cendawan dan oomycetes, dan
·         busuk tongkol oleh cendawan FusariumDiplodia, dan Gibberella,
·         gosong bengkak (corn smut) karena cendawan terutama Ustilago maydis,
·         penyakit mosaik kerdil jagung karena infeksi Maize Dwarf Mosaic Virus.
Hama utama jagung adalah
·         penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis (Asia tropika) dan Ostrinia nubilalis (daerah subtropika dan iklim empat musim)
·         lalat bibit Atherigona spp.,
·         uret, terutama Lepidiota stigma (Jawa dan Sumatera),
·         ulat tanah, seperti Agrotis,
·         ulat grayak Spodoptera,
·         penggerek tongkol Helicoverpa armigera
·         belalang kembara Locusta migratoria,
·         tikus sawah Rattus argentiventer,
·         kumbang gudang, terutama Sitophilus zeamais dan S. oryzae, dan
·         ngengat gudang, seperti Sitotroga.
Di Afrika tropis dikenal gulma sekaligus parasit berbahaya yang diawasi ketat agar tidak masuk ke kawasan Asia tropika, yaitu striga.
Pemanfaatan
Produk utama jagung adalah bijiannya (grain). Bijian sebenarnya adalah buah dan biji yang menyatu. Massa bijian terbesar diisi oleh endosperma yang kaya oleh [karbohidrat]]. Dari bijian yang dihasilkan, jagung menjadi sumber pangan pokok manusia ketiga setelah gandum dan beras/padi. Bijian jagung dimanfaatkan sebagai pakan hewan, baik untuk unggas maupun ternak besar. Serapan terbesar di Indonesia sekarang adalah sebagai sumber pakan ternak. Olahan bijian juga diserap dalam industri panganfarmasi,kosmetika, dan industri kimia.
Produk jagung penting lainnya adalah jagung tongkol. Jagung tongkol juga dipanen dalam usia sekitar tiga minggu setelah penyerbukan untuk dijadikan sayuran atau direbus serta dibakar. Jagung manis biasanya mengisi pangsa ini. Tongkol jagung yang masih muda dan belum berkembang penuh dipanen sebagai sayuran segar yang dikenal sebagai jagung semi atau babycorn.
Tanaman jagung utuh yang masih hijau dimanfaatkan oleh usaha tani peternakan sebagai hijauan. Kandungan protein tanaman jagung cukup tinggi sebagai sumber pakan bagi sapi dan kerbau. Bidang bioenergi mengembangkan tanaman jagung dengan kandungan selulosa tinggi untuk dimanfaatkan biomassanya sebagai sumber energi terbarukan.
Pangan
Bagian jagung yang biasa dimakan manusia adalah bijiannya, baik masih muda ketika isinya belum mengering maupun setelah tua dan mengering.
Bijian kering dapat dihaluskan menjadi tepung jagung (maizena). Maizena merupakan bahan untuk berbagai kue dan penganan olahan.
Dedak merupakan bijain jagung yang digiling halus. Dedak dapat dicampur dengan bahan lain sebagai makanan sarapan.
Pecahan kasar bijian jagung diolah di Amerika Serikat sebagai makanan sarapan populer, corn flakes.
Bijian utuh jagung dapat dipanggang, disangrai, atau digoreng. Gorengan bijian kering jagung dikenal sebagai marning di Jawa Tengah.
Jagung muda biasanya dipasarkan secara utuh bersama tongkolnya. Jagung manis mengisi kebanyakan pangsa ini, meskipun jagung ladang dan jagung ketan juga dipanen dalam keadaan demikian. Tongkol direbus, dipanggang, atau dibakar. Beberapa masakan sayur, seperti sayur asam dan sayur bening dilengkapi dengan potongan tongkol jagung atau bijian muda yang sudah dipisahkan dari tongkolnya (dipipil).
Pakan
Untuk unggas dapat diberikan dalam bentuk utuh (pakan burung dara), dipecah (pakan burung pengicau), dihaluskan, sampai berbentuk bubuk.

Saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif.
Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap dipasarkan.
Kandungan gizi
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endosperma. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.
Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:
·         Kalori : 355 Kalori
·         Protein : 9,2 gr
·         Lemak : 3,9 gr
·         Karbohidrat : 73,7 gr
·         Kalsium : 10 mg
·         Fosfor : 256 mg
·         Besi : 2,4 mg
·         Vitamin A : 510 SI
·         Vitamin B1 : 0,38 mg
·         Air : 12 gr
dan bagian yang dapat dicerna 90%.
Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak daripada beras.

source: wikipedia