Jagung (Zea
mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi
sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Pada masa kini, jagung juga
sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah
sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai produk
turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri.
Sejak awal abad ke-20, tanaman ini menjadi objek penelitian genetika yang intensif. Secara fisiologi, tanaman ini tergolong tanaman C4 sehingga sangat efisien memanfaatkan sinar matahari. Dalam kajian agronomi, tanggapan jagung yang
dramatis dan khas terhadap kekurangan atau keracunan unsur-unsur hara penting menjadikan jagung sebagai
tanaman percobaan fisiologi pemupukan yang disukai
Sejarah
asal-usul dan persebaran
Petunjuk-petunjuk arkeologi mengarah pada budidaya jagung primitif
di bagian selatan Meksiko, Amerika Tengah, sejak 7000 tahun lalu.
Sisa-sisa tongkol jagung kuna yang ditemukan di Gua Guila Naquitz, Lembah Oaxaca berusia sekitar 6250 tahun; tongkol
utuh tertua ditemukan di gua-gua dekat Tehuacan, Puebla, Meksiko, berusia sekitar 3450
SM. Bangsa Olmek dan Maya diktengarai sudah membudidayakan di
seantero Amerika Tengah sejak 10 000 tahun yang lalu dan
mengenal berbagai teknik pengolahan hasil. Teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7 000 tahun yang
lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada
4 000 tahun yang lalu. Pada saat inilah berkembang jagung yang beradaptasi
dengan suhu rendah di kawasan Pegunungan
Andes. Sejak 2500 SM, tanaman ini telah dikenal di berbagai penjuru Benua Amerika.
Jagung
masuk Nusantara diperkirakan pada abad ke-16 oleh penjelajah Portugis. Di
Indonesia (Nusantara), berbagai macam nama dipakai untuk menyebut jagung. Kata
"jagung" menurut Denys
Lombard merupakan penyingkatan
dari jawa agung, berarti
"jewawut besar", , nama yang digunakan orang Jawa. Beberapa nama daerah
adalah jagong (Sunda, Aceh, Batak, Ambon), jago (Bima), jhaghung(Madura), rigi (Nias), eyako (Enggano), wataru (Sumba), latung (Flores), fata (Solor), pena (Timor), gandung (Toraja), kastela (Halmahera), telo (Tidore), binthe atau binde(Gorontalo dan Buol), dan barelle´ (Bugis). Di kawasan timur Indonesia
juga dipakai luas istilah milu,
, yang jelas berasal dari milho,
berarti "jagung" dalam bahasa
Portugis, .
Jagung budidaya dianggap sebagai
keturunan langsung sejenis tanaman rerumputan mirip jagung yang bernama teosinte (Zea mays ssp. parviglumis).
Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun lalu
oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana.
Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays.
Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan
yang tidak dapat hidup secara liar di alam.
Botani
Tanaman semusim (annual)
yang dalam budidaya menyelesaikan satu daur hidupnya dalam 80-150 hari. Istilah
"seumur jagung" menggambarkan usia rata-rata jagung yang berkisar
tiga sampai empat bulan. Sekitar paruh pertama dari daur hidup merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap reproduktif. Sebagian jagung merupakan tanaman hari pendek yang pembungaannya terjadi jika
mendapat penyinaran di bawah panjang penyinaran matahari tertentu, biasanya
12,5 jam. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Rata-rata dalam budidaya
mencapai 2,0 sampai 2,5 m, meskipun ada kultivar yang dapat mencapai tinggi 12 m pada
lingkungan tumbuh tertentu. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah
hingga ruas teratas sebelum rangkaian bunga jantan (malai). Meskipun ada yang
dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki
kemampuan ini. Tangkai batang beruas-ruas dengan tiap ruas kira-kira 20 cm.
Dari buku melekatlah pelepah daun yang memeluk tangkai batang. Daun tidak
memiliki tangkai. Helai daun biasanya lebar 9 cm dan panjang dapat mencapai 120
cm.
Sebagai anggota monokotil, jagung berakar serabut yang
dapat mencapai kedalaman 80 cm meskipun sebagian besar berada pada kisaran
20 cm. Tanaman yang sudah cukup dewasa memunculkan akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah
yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah
terlihat, sebagaimana pada sorgum dan tebu.
Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batangnya beruas-ruas. Ruas
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung
cukup kokoh namun tidak banyak mengandung zat kayu (lignin).
Daun jagung
merupakan daun sempurna, memiliki pelepah, tangkai, dan helai daun. Bentuknya
memanjang. Antara pelepah dan tangkai daun terdapat lidah-lidah (ligula).
Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan
ada yang berambut. Stoma pada
daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki Poaceae (suku rumput-rumputan). Setiap stoma
dikelilingi sel-sel epidermisberbentuk
kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit
air pada sel-sel daun. Jika tanaman mengalami kekeringan, sel-sel kipas akan
mengerut, menutup lubang stomata, dan membuat daun melipat ke bawah sehingga
mengurangi transpirasi.
Susunan bunga jagung adalah diklin:
memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah dalam satu tanaman
(berumah satu ataumonoecious). Bunga tersusun majemuk, bunga jantan
tersusun dalam bentuk malai, sedangkan betina dalam bentuk tongkol. Pada
jagung, kuntum bunga (floret) tersusun berpasangan yang dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Rangkaian bunga
jantan tumbuh di bagian puncak tanaman. Serbuk sari berwarna kuning dan
beraroma wangi yang khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tangkai tongkol
tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.
Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat
menghasilkan satu tongkol produktif yang memiliki puluhan sampai ratusan bunga
betina. Beberapa kultivar unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol
produktif, dan disebut sebagai jagung prolifik. Bunga jantan jagung cenderung
siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya
(protandri).
Keanekaragaman genetik
Satu set genom (x) jagung terdiri dari 10 kromosom, sehingga setiap sel somatik jagung memiliki 2n = 2x = 20 kromosom. Keragaman dalam spesies
jagung amat luas, beberapa studi menyatakan keragaman itu sebanding dengan
perbedaan manusia dan simpanse secara molekuler. Jagung yang dibudidayakan
memiliki sifat bijian yang bermacam-macam. Berdasarkan ciri
bijiannya, dikenal enam kelompok kultivar jagung :
1. Tunicata (Podcorn, jagung
bersisik, merupakan kelompok kultivar yang dianggap paling primitif)
2. Indentata (Dent, jagung
gigi-kuda)
3. Indurata (Flint, jagung
mutiara)
4. Saccharata (Sweet, jagung
manis)
5. Everta (Popcorn, jagung berondong)
6. Amylacea (Floury corn, jagung
tepung
7. Glutinosa (Sticky/glutinuous corn, jagung
ketan)
Dengan perkembangan pemuliaan
jagung, keragaman genetik jagung menjadi sangat luas. Berdasarkan variasi
urutan DNA, keragaman genetik dalam spesies jagung sebanding dengan keragaman
genetik yang ditemukan pada manusia sampai simpanse. Berbagai
tipe kultivar jagung ditanam pada masa sekarang, banyak di antaranya yang
memiliki karakteristik khusus, seperti dikenal jagung dengan kadar minyak bulir
yang tinggi (kandungan minyak 7,0 to 8,0%, disebut HOC, High Oil Corn), jagung dengan
protein tinggi (QPM, Quality
Protein Maize). Jagung dengan kadar karotenoid tinggi juga telah dikembangkan. Jagung
juga menjadi tanaman yang digunakan dalam biopharming,
menghasilkan bahan obat atau senyawa berguna tertentu.
Dipandang dari bagaimana suatu kultivar ("varietas")
jagung dibuat, dikenal tipe kultivar:
1.
galur murni, merupakan
hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih
2. komposit, dibuat dari campuran beberapa
populasi jagung unggul yang diseleksi untuk keseragaman dan sifat-sifat unggul
3. sintetik, dibuat dari gabungan beberapa
galur jagung yang memiliki keunggulan umum (daya gabung umum) dan seragam
4. hibrida, merupakan keturunan langsung (F1)
dari persilangan dua, tiga, atau empat galur yang diketahui menghasilkan
efek heterosis.
Warna bulir jagung ditentukan oleh
warna endosperma dan lapisan terluarnya (aleuron),
mulai dari putih, kuning, jingga, merah cerah, merah darah, ungu, hingga ungu
kehitaman. Satu tongkol jagung dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna
berbeda-beda, karena setiap bulir terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang
berbeda-beda.
Budidaya
Syarat
tumbuh
Meskipun dikenal sejumlah ras jagung yang mampu
beradaptasi dengan suhu rendah dan kawasan tinggi, jagung adalah tanaman
dataran rendah dengan suhu hangat dan penyuka cahaya matahari penuh.
Perkecambahan jagung terhenti pada suhu di bawah 10 °C.
Kebutuhan air jagung adalah
rata-rata, namun kekurangan air pada masa awal tumbuh, masa pembungaan,
dan pengisian biji akan berakibat pada penurunan hasil yang dramatis.
Jagung dapat tumbuh pada berbagai
tipe tanah,
asalkan ketersediaan air dan hara tercukupi dan akar mampu tumbuh dengan baik.
Perakaran jagung tidak dalam, sehingga lapis olah tidak boleh terlalu keras.
Kebutuhan hara jagung tinggi, terutama terhadap nitrogen dan fosfor.
Jagung menyukai tanah dengan kemasaman netral (pH 5 - 6,5). Penanaman jagung di
tanah masam, seperti gambut dan podsolik merah kuning (PMK),
memerlukan pengapuran, pengatusan (drainasi)
yang baik, serta kultivar yang toleran.
Pengolahan lahan untuk persiapan
penanaman jagung biasanya mencakup pembajakan,
perataan, pembuatan parit atusan, serta pengapuran (pada tanah masam). Sebelum
ditanam, lahan perlu diirigasi terlebih dahulu.
Cara
bercocok tanam
Jagung memerlukan cahaya matahari langsung untuk
tumbuh dengan normal. Tempat dengan curah hujan 85-200
mm per bulan, suhu udara 23-27°C (ideal), dan pH tanah 5,6-7,5
adalah tempat terbaik. Jenis tanah tidak terlalu penting, asalkan aerasi baik
dan ketersediaan air mencukupi. Air yang cukup pada fase pertumbuhan awal, dan
fasepembungaan serta
pengisian biji adalah kritis bagi produksi jagung pipilan.
Lahan penanaman jagung tidak boleh
memiliki genangan. Pengolahan tanah awal perlu mempertimbangkan pembuatan
parit pengatusan air
atau pembuatan bedengan. Pada tanah
masam pengapuran diperlukan.
Penanaman jagung secara tradisional
dilakukan dengan tangan menggunakan tugal untuk melubangi tanah. Dalam
pertanian dengan mekanisasi, penanaman bijian jagung dilakukan
menggunakan mesin penanam. Kepadatan populasi tanam yang biasa dipakai adalah
60 000 sampai 120 000 tanaman per ha, yang biasa diterjemahkan dalam jarak
antarbaris (50-100 cm) dan jarak dalam baris (10-40 cm). Pemilihan jarak tergantung
ukuran tanaman jagung. Jagung yang dipanen genjah dapat toleran terhadap
kepadatan tanam tinggi, sementara jagung berukuran besar seperti jagung hibrida
memerlukan populasi yang sedang sampai rendah.
Kebutuhan hara jagung dikenal
relatif tinggi. Selain memerlukan pupuk organik sebagai pupuk dasar/awal,
jagung memerlukan masukan nitrogen (N, dari urea ataupun ZA), fosfat, dan kalium untuk
pertumbuhan dan hasil yang optimal. Kebutuhan nitrogen jagung tinggi, pemberian
pupuk N biasanya diberikan dua sampai tiga kali. Unsur kalium penting bagi
pembungaan.
Pada pertengahan masa pertumbuhan
vegetatif jagung mengeluarkan akar udara (aerial roots) sehingga
memerlukan pembumbunan untuk
memaksimalkan penyerapan hara. Pengendalian tumbuhan pengganggu (gulma) dilakukan
menggunakan herbisida atau dilakukan dengan pendangiran.
Pemberian air biasanya diberikan
dengan cara penggenangan parit apabila hujan tidak tersedia. Air dialirkan
melalui saluran irigasi atau menggunakan pompa air.
Organisme
pengganggu
Organisme pengganggu dalam budidaya jagung di daerah
tropika dan non-tropika berbeda.
Di kawasan Asia tropika, penyakit utama jagung adalah
·
penyakit
bulai (maize downy mildew) karena infeksi Peronosclerospora,
·
karat daun jagung
karena cendawan Puccinia (terutama P. polysora),
·
bercak daun jagung (Southern
leaf blight) karena cendawan Bipolaris maydis (teleomorf: Cochliobolus
heterostrophus),
·
hawar daun jagung (Northern
leaf blight) karena cendawan Setosphaeria turcica (anamorf: Exserohilum
turcicum),
·
busuk pelepah (sheath
blight) karena cendawan Rhizoctonia solani,
·
busuk batang jagung karena
bermacam-macam cendawan dan oomycetes,
dan
·
busuk tongkol oleh
cendawan Fusarium, Diplodia, dan Gibberella,
·
gosong
bengkak (corn smut) karena cendawan terutama Ustilago
maydis,
·
penyakit
mosaik kerdil jagung karena infeksi Maize Dwarf
Mosaic Virus.
Hama utama
jagung adalah
·
penggerek
batang jagung Ostrinia furnacalis (Asia tropika)
dan Ostrinia nubilalis (daerah subtropika
dan iklim empat musim)
·
lalat
bibit Atherigona spp.,
·
uret, terutama Lepidiota
stigma (Jawa dan Sumatera),
·
ulat tanah, seperti Agrotis,
·
penggerek
tongkol Helicoverpa armigera
·
belalang
kembara Locusta migratoria,
·
kumbang
gudang, terutama Sitophilus zeamais dan S. oryzae, dan
·
ngengat
gudang, seperti Sitotroga.
Di Afrika tropis dikenal gulma sekaligus parasit berbahaya
yang diawasi ketat agar tidak masuk ke kawasan Asia tropika, yaitu striga.
Pemanfaatan
Produk
utama jagung adalah bijiannya (grain). Bijian sebenarnya adalah buah dan biji yang menyatu. Massa bijian terbesar diisi oleh endosperma yang
kaya oleh [karbohidrat]]. Dari bijian yang dihasilkan, jagung menjadi sumber
pangan pokok manusia ketiga setelah gandum dan beras/padi. Bijian jagung dimanfaatkan sebagai pakan hewan, baik
untuk unggas maupun
ternak besar. Serapan terbesar di Indonesia sekarang adalah sebagai sumber
pakan ternak. Olahan bijian juga diserap dalam industri pangan, farmasi,kosmetika,
dan industri kimia.
Produk jagung penting lainnya adalah
jagung tongkol. Jagung tongkol juga dipanen dalam usia sekitar tiga minggu
setelah penyerbukan untuk dijadikan sayuran atau
direbus serta dibakar. Jagung manis biasanya mengisi pangsa ini. Tongkol jagung
yang masih muda dan belum berkembang penuh dipanen sebagai sayuran segar yang
dikenal sebagai jagung semi atau babycorn.
Tanaman jagung utuh yang masih hijau
dimanfaatkan oleh usaha tani peternakan sebagai hijauan.
Kandungan protein tanaman jagung cukup tinggi sebagai sumber pakan bagi sapi
dan kerbau. Bidang bioenergi mengembangkan tanaman jagung dengan kandungan
selulosa tinggi untuk dimanfaatkan biomassanya sebagai
sumber energi terbarukan.
Pangan
Bagian
jagung yang biasa dimakan manusia adalah bijiannya, baik masih muda ketika
isinya belum mengering maupun setelah tua dan mengering.
Bijian kering dapat dihaluskan
menjadi tepung jagung (maizena). Maizena merupakan bahan untuk berbagai kue dan
penganan olahan.
Dedak merupakan
bijain jagung yang digiling halus. Dedak dapat dicampur dengan bahan lain
sebagai makanan sarapan.
Pecahan kasar bijian jagung diolah
di Amerika Serikat sebagai makanan sarapan
populer, corn flakes.
Bijian utuh jagung dapat dipanggang,
disangrai, atau digoreng. Gorengan bijian kering jagung dikenal sebagai marning di Jawa Tengah.
Jagung muda biasanya dipasarkan
secara utuh bersama tongkolnya. Jagung manis mengisi kebanyakan pangsa ini,
meskipun jagung ladang dan jagung ketan juga dipanen dalam keadaan demikian.
Tongkol direbus, dipanggang, atau dibakar. Beberapa masakan sayur, seperti sayur asam dan sayur bening dilengkapi
dengan potongan tongkol jagung atau bijian muda yang sudah dipisahkan dari
tongkolnya (dipipil).
Pakan
Untuk unggas
dapat diberikan dalam bentuk utuh (pakan burung dara),
dipecah (pakan burung pengicau), dihaluskan, sampai berbentuk
bubuk.
Saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap dipasarkan.
Kandungan
gizi
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada
endosperma. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering
biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan,
sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak
banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan
sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih
rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.
Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:
·
Kalori :
355 Kalori
·
Protein :
9,2 gr
·
Lemak :
3,9 gr
·
Karbohidrat :
73,7 gr
·
Kalsium :
10 mg
·
Fosfor :
256 mg
·
Besi :
2,4 mg
·
Vitamin
A : 510 SI
·
Vitamin
B1 : 0,38 mg
·
Air :
12 gr
dan bagian yang dapat dicerna 90%.
Untuk ukuran yang sama, meski jagung
mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan
protein yang lebih banyak daripada beras.
source: wikipedia
tips yang bagus kawan
ReplyDeletehttp://goo.gl/ZQmuNV
mkasih gan responnya.....
ReplyDeletemkasih gan responnya.....
ReplyDelete