Padi (Oryza sativa L.) diduga berasal dari India atau
Indocina dan masuk ke Indonesia sekitar 1500 SM. produksi padi dunia menempati
urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan gandum.
Botani tanaman
padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae. terna
semusi, berakar serabut, batang pendek, struktur batang terbentuk dari
rangkaian pelepah daun yang saling menopang, daun berbentuk lanset, warna hijau
muda sampai tua, tulang daun sejajar, tertutup rambut-rambut yang pendek,
bagian bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut
floret yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula, tipe buah
bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir
bulat hingga lonjong, ukuran 3mm-15mm, tertutup oleh palea dan lemma atau biasa
disebut sekam, struktur dominan padi yang biasa dikonsumsi yaitu jenis
enduspermium.
Reproduksi
Setiap
bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma)
bercabang dua berbentuk sikat botol. Kedua organ seksual ini umumnya siap
bereproduksi dalam waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari
palea dan lemma jika telah masak. Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman
menyerbuk sendiri, karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman
yang sama. Setelah pembuahan terjadi, zigot dan inti polar yang telah dibuahi
segera membelah diri. Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi
endosperm. Pada akhirnya perkembangan sebagian besar bulir padi mengandung pati
dibagian endosperm. Bagi tanaman muda, pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi.
Genetika
dan pemuliaan
Satu
set genom padi terdiri atas 12 kromosom. Padi adalah tanaman diploid, sehingga
setiap sel padi memiliki 12 pasang kromosom (kecuali sel seksual). Perbaikan genetik
padi telah berlangsung sejak manusia membudidayakan padi. Dari tindakan ini
orang mengenal berbagai macam ras lokal seperti raja lele dari klaten dan
pandan wangi dari cianjur. Pengambangan padi lahan kering (padi gogo) telah
dilakukan sehingga tanaman tidak memerlukan penggenangan atau padi rawa yang
beradaptasi terhadap kedalaman air rawa yang berubah-ubah. Pemuliaan padi
secara sistematis baru dilakukan setelah didirikannya IRRI di Filipina sebagai
bagian dari gerakan modernisasi pertanian dunia yang dijuluki revolusi hijau. Sejak
saat itu mucul berbagai kultivar padi dengan daya hasil tinggi untuk memenuhi
kebutuhan pangan dunia. Dua kultivar modern pertama adalah IR5 dan IR8 (di
Indonesia diadaptasikan menjadi PB5 dan PB8). Walaupun hasil tinggi tetapi
banyak petani menolak karena rasanya tidak enak. Selain itu, terjadi wabah hama
wereng coklat pada tahun 1970-an. Ribuan persilangan kemudian dirancang untuk
menghasilkan kultivar dengan potensi hasil tinggi dan tahan terhadap berbagai
hama dan penyakit padi. Pada tahun 1984 pemerintah Indonesia pernah meraih
penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan prosuksi padi hingga
dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi
negara swasembada beras. Hadirnya bioteknologi dan rekayasa genetika pada tahun
1980-an memungkinkan perbaikan kualitas nasi. Sejumlah tim peneliti dari Swiss
mengembangkan padi transgenik yang mampu memproduksi toksin bagi hama pemakan
bulir padi dengan harapan meunurunkan penggunaan pestisida. IRRI bekerjasama
dengan beberapa lembaga lain merakit padi emas (golden rice) yang dapat
menghasilkan provitamin A pada berasnya, yang diarahkan bagi pengentasan
defisiensi vitamin A di berbagai negara berkembang. Suatu tim peneliti dari
jepang juga mengembangkan padi yang menghasilkan toksin bagi bakteri kolera. Diharapkan
beras yang dihasilkan padi ini dapat menjadi alternatif imunisasi kolera,
terutama di negara-negara berkembang. Selain perbaikan potensi hasil, sasaran
pemuliaan paid mencakup pula tanaman yang lebih tahan terhadap berbagai
organisme pengganggu tanaman (OPT) dan tekanan (stres) abiotik (seperti
kekeringan, salinitas dan tanah masam). Pemuliaan yang diarahkan pada
penuingkatan kualitas nasi juga dilakukan, misalnya dengan perancangan kultivar
mengandung karoten (provitamin A).
Keanekaragaman
genetik
Hingga
saat ini ada dua spesies padi yang dibudidayakan manusia secara massal: Oryza
sativa L. yang berasal dari Asia dan O. Glaberrima yang berasal dari Afrika
Barat. Pada awalnya O. Sativa dianggap terdiri dari dua subspesies, indica dan
japonica (sinonim sinica). Padi japonica pada umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah. Lemma memiliki
ekor atau bulu, bijinya cenderung membulat, nasinya lengket. Padi indica
sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, lemma tidak berbulu atau
hanya pendek dan bulir cenderung oval sampai lonjong. Walaupun kedua subspesies
ini dapat saling membuahi tetapi keberhasilannya tindak tinggi. Selain kedua
varietas ini, dikenal varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua tipe utama di atas. Varietas javanica
hanya ditemukan di pulau jawa.
Keanekaragaman
budidaya
Padi
gogo
Padi
yang relatif toleran pada lahan kering tanpa penggenangan seperti di sawah. Biasanya
daerah yang bercocok tanam padi gogo menggunakan model tumpang sari. Tumpang sari
yang yang biasa dilakukan adalah dengan jagung atau ketela pohon.
Padi
rawa
Padi
rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah rawa-rawa.
Selain di Kalimantan, padi tipe ini ditemukan di lembah sungai Gangga. Padi rawa
mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti perubahan
kedalaman air yang ekstrem.
Budidaya
tanaman padi
Pengolahan
lahan, lahan bercocok tanamn diolah untuk meningkatkan kesuburan tanah sebagai
media tumbuh tanaman padi. Tahapan pengolahan lahan pada lahan basah/sawah
adalah bajak pertama dan bajak kedua. Bajak pertama dengan membalik tanah
sedalam lapisan olah/topsoil menggunakan alat bajak dengan maksud mengangkat
lapisan tanah bagian bawah yang kaya mineral agar lebih mudah diambil
perakaran, memperlancar sirkulasi udara serta keluarnya gas-gas beracun dalam
tanah. Bajak kedua berselang 1 sampai 2 minggu dengan memotong arah pembajakan
pertama untuk memperkecil bongkahan tanah menjadi remah, meratakan/homogen
campuran antara unsur pasir, liat dan bahan organik pada lapisan olah, dan
mematikan bibit gulma yang baru tumbuh. Tahap setelah bajak kedua adalah garu. Garu
idealanya dilakukan selang 1 sampai 2 minggu setelah bajak kedua. Tujuan garu
adalah membentuk lapisan kedap air permukaan tanah, meratakan lahan agar tinggi
permukaan air seragam di pertanaman, membenamkan bagian-bagian tumbuhan yang
masih tersisa.
Seleksi
benih, persiapkan air yang telah diisi sejumlah garam sampai telur mengapung
kemudian dipakai untuk menseleksi benih padi. Benih padi yang tenggelam dipakai
sebagai benih yang ditanaman di lahan. Benih terpilih dibersihkan dari air
garam dengan air bersih hingga tidak terasa asin bila dicicipi. Rendam dalam air
selama 48 jam kemudia peram selama 24 jam dan benih siap tebar.
Persemaian,
jumlah semai untuk 1 ha berkisar antara 35-40kg, untuk sistem baru yaitu SRI (System
of Rice Intensification) cukup persiapkan 10kg benih per hektar. Dalam waktu
3-4 hari setelah tebar benih akan mulai berkecambah, bibit siap tanaman
berkisar umur 10-14 hss (hari setelah sebar).
Penanaman,
jarak yang biasa dilakukan di pulau Jawa adalah 20 cm. tanaman digenangi
sedalam 10 samapi 15cm.
Perawatan,
perawatan padi termasuk penanggulangan hama penyakit dan pemupukan
Hama
dan penyakit
Hama
penting:
Penggerek
batang padi putih (sundep, Scirpophaga innotata)
Penggerek
batang padi kuning (S. Incertulas)
Wereng
batang punggung putih (Sogatella furcifera)
Wereng
coklat (Nilaparvata lugens)
Wereng
hijau (Nephotettix impicticeps)
Lembing
hijau (Nezara viridula)
Walang
sangit (Leptocorisa oratorius)
Ganjur
(Pachydiplosis oryzae)
Lalat
bibit (Arterigona exigua)
Ulat
tentara (Spodoptera litura dan S. Exigua)
Tikus
sawah (Rattus argentiventer)
Penyakit
penting:
Blas
(Pyricularia oryzae, P. Grisea)
Hawar
daun bakteri (kresek, Xanthomonas oryzae pv. Oryzae)
No comments:
Post a Comment